Sabtu, 04 April 2015

Berpikir Bak Orang Minang


Andri Gunata, 5 April 2015

Pendidikan menghasilkan generasi orang Minang terpelajar dan mempunyai kemampuan. Sehingga, ketika Indonesia merdeka dan memerlukan tenaga terdidik yang profesional dan berkemampuan teknis untuk mengelola negeri yang baru merdeka ini, peranan orang Minang menjadi sangat menonjol (E. Graves, 2007). Itu bukan hanya di bidang pemerintahan, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi.


Semangat egaliter dan budaya yang dinamis melahirkan daya saing yang tinggi dan wawasan yang luas. Dipadu dengan bekal pendidikan dan pengetahuan yang memadai, mereka tak pernah ragu untuk hidup di manapun di muka bumi ini. Keberanian orang Minang adalah keberanian untuk hidup (ini untuk membedakan dengan suku bangsa lain yang terkenal “berani mati”, orang Minang “berani hidup”)

Banyak saudagar Minang masa lalu, tumbuh karena budaya egaliter, semangat mandiri dan jiwa merdeka yang mereka miliki. Mereka memulai dari usaha kecil, katakanlah kaki lima, kemudian tumbuh berkat kemampuan entrepreneurship-nya yang tinggi menjadi saudagar kelas menengah dan bahkan besar.

Semangat dan jiwa merdeka ini pulalah yang menyebabkan orang Minang sukar diperintah, sehingga mereka sering dianggap kurang cocok untuk jenis pekerjaan tertentu. Misalnya di militer atau birokrasi yang sangat hirarkis sentries. Merekanya cocoknya jadi saudagar, pengusaha, diplomat, politisi, wartawan, sastrawan dan pekerjaan-pekerjaan tak terperintah lainnya. Termasuk di sini menjadi pedagang kaki lima sebagai bentuk pekerjaan orang merdeka.

Hanya saja, ada yang sedikit merisaukankan kita belakangan ini. Dari survei yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Barat tahun 2007, ternyata dari anak-anak muda kita tamatan perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat, sebanyak 71 persen menginginkan pekerjaan sebagai pegawai negeri.

Bukan lagi Apakah ini berarti telah terjadi pergeseran budaya, sikap egaliter, semangat mandiri dan jiwa merdeka anak Minang? Kalau memang demikian, perlu usaha bersama untuk memelihara dan merevitalisasi budaya serta spirit merantau orang Minang yang mempunyai banyak nilai baik dan positif itu.

Selalu ada yang lebih baik


Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.

Filsuf menanyakan kepada pelaut itu : "Apakah Anda mengerti filosofi?" "Tidak mengerti." Jawab pelaut. "Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.


Apakah Anda mengerti matematika?" Filsuf tersebut bertanya lagi. "Tidak mengerti juga." jawab Pelaut tersebut.

Filsuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata: "Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika. Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda."

Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air, Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: "Tuan, apakah Anda bisa berenang?"


Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: "Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya." Pelaut menertawakannya dan berkata : "Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda."


PESAN MORAL :

Semua orang sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi itu wajar saja, tetapi Jangan sampai membuat diri sendiri menjadi Sombong maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.

Dimana Kebahagiaan Itu?


Andri Gunata, 6 April 2015

Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil di guyur air hujan. Lewatlah sebuah motor di depan mereka. Berkatalah petani ini pada istrinya: "Lihatlah Bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu, meskipun mereka juga kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah. Tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai kerumah.

"Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan, melihat sebuah mobil pick uplewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya: "Lihat bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tidak perlu kehujanan seperti kita. 

"Di dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri, terjadi perbincangan, ketika sebuah mobil sedan Mercy lewat di hadapan mereka: "Lihatlah bu, betapa bahagia orang yang naik mobil bagus itu. Mobil itu pasti nyaman dikendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok.

"Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya, dan ketika dia melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hatinya: "Betapa bahagianya suami istri itu. Mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berdua karena kesibukan kami masing masing.

"Kebahagiaan tak akan pernah kau miliki jika kau hanya melihat kebahagiaan milik orang lain, dan selalu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.
Bersyukurlah atas hidupmu supaya kau tahu di mana kebahagiaan itu berada.

Jumat, 03 April 2015

Meningkatkan Kemampuan


Andri Gunata, 4 April 2015

Berikut ini ada kisah dua remaja yang memilih dua jenis pekerjaan yang memiliki prospek kemajuan yang berbeda. Kedua remaja ini memiliki kesamaan bekal pendidikan. Keduanya hanya dapat menyelesaikan pendidikan SMP karena keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.

Pemuda yang pertama sebutlah namanya Tabah, bekerja ditoko material bangunan yang menjual ubin keramik, kloset, lampu dan lain-lain. Gajinya Rp 150 ribu perbulan ditambah uang makan Rp 13 ribu per hari. Kadang kala dia mendapat tip seribu atau dua ribu rupiah dari para pembeli karena jasanya mengangkut barang ke mobil. Dia sudah setahun bekerja ditoko itu. Gaji belum naik. Uang makan naik sekali. Ketika masuk uang makan Rp 12 ribu perhari. Temannnya yang sudah bekerja ditoko itu selama 10 tahun hanya mendapat uang makan Rp 17 ribu per hari. “Gaji dan uang makan hanya cukup untuk makan dan bayar kamar kontrakan, pak”. Katanya bernada sedikit mengeluh.

Pemuda yang kedua, sebutlah namaya Cerah, bekerja dibengkel mobil besar yang juga memiliki sarana pencucuian mobil. Dia sudah setahun bekerja di bengkel mobil ini sebagai tukang cuci mobil. Disela sela waktu kosongnya, dia mendekati montir yang sedang menangani mobil. Dia memerhatikan cara montir itu menagani mobil, ini sebenarnya merupakan langkah pertama belajar keterampilan secara magang.

Mulailah tercipta hubungan belajar mengajar antara tukang cuci mobil dengan montir itu. Si montir mulai suka minta tolong. Ketika sedang berada di kolong mobil, misalnya dia minta tolong si tukang cuci mobil untuk mengambilkan ini dan itu, seperti kunci-kunci peralatan.

Hubungan belajar mengajar mereka mulai meningkat. Si montir mulai suka minta tolong si tukang cuci mobil untuk membantu mengerjakan hal- hal yang mudah, seperti membuka ban dan mendongkrak mobil.

Berbulan bertahun hubungan itu terus meningkat. Ketika si montir mamandang keterampilan si tukang cuci mobil untuk membantunya telah memadai, dia akan meminta tukang cuci mobil itu untuk menjadi pembantu atau asistennya. Si tukang cuci mobil itu telah berhasil meningkatkan kemampuan dan statusnya menjadi montir pembantu atau montir junior.

Itulah cerita dua pemuda yang berpendidikan sama tapi memiliki kinerja yang berbeda. Yang satu tetap mengerjakan yang sesuai dengan rutinitas, sedangkan yang lainnya memilih untuk terus belajar meningkatkan keterampilannya. Semoga dapat menginspirasi kita.
Disadur dari bebrapa sumber: andrigunata.blogspot.com

Gambar Motivasi


Artikel motivasi dan inspirasi, boleh dilihat di link berikut:
Meningkatkan Kemampuan
Dimana Kebahagiaan Itu?

Kamis, 02 April 2015

Tentang Penulis


Beberapa pengalaman penulis yang terbit di blog ini dapat dibaca di tautan berikut:
Jadi Guru Itu Menyenangkan
Pengalaman Pertama Mengajar

Andri Gunata Tasman (AGT) lahir di Dhamasraya pada tanggal 13 januari 1989. Masa kecil sebelum masuk pendidikan formal di habiskan ditanah kelahiran Dhamasraya yang dulunya masih merupakan Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung Sumatera Barat. Setelah memasuki usia sekolah, AGT hijrah ke Solok. Mulanya sekolah di SD 25 Sungai Jernih, setelah naik ke kelas 2 pindah ke SD 02 Tabek Pala Talang hingga tamat Sekolah Dasar pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 1 Gunung Talang hingga lulus pada tahun 2004. Setelah lulus SMP melanjutkan ke SMAN 1 Gunung Talang (SMA Guntal), yang merupakan sekolah unggulan di Kabupaten Solok. Karna ketertarikan dengan ilmu-ilmu alam AGT mengambil jurusan IPA dan menamatkan jenjang pendidikan menengah atas ini di tahun 2007.

Berbekal nilai yang lumayan bagus waktu di SMA, AGT dapat melanjutkan ke Universitas Negeri Padang melalui jalur Mahasiswa Undangan (PMDK). Pilihannya waktu itu adalah program studi pendidikan teknik otomotif jurusan teknik otomotif fakultas teknik UNP Padang. Gelar sarjana pendidikan (S,Pd) dikukuhkan dibelakang namanya secara resmi pada tanggal 8 oktober 2011. Setelah menamatkan pendidikan S1 pernah mengajar di SMK Muhammadiyah 1 Padang sebagai guru Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor. Pernah juga lulus test sebagai supervisor di PT. WAHANA META RIAU NISSAN khatib sulaiman padang dan Management Trainer (MT) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) perawang riau.

Setelah hampir satu tahun melalang buana pasca tamat kuliah, AGT melanjutkan pendidikan profesi di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS Solo) yang berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM Jogjakarta). Program kuliah PPG ini merupakan program beasiswa dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan. Selama tinggal di Solo Jogja pernah bergabung selama 6 bulan sebagai guru TKR di SMK Negeri 2 Surakarta. disinilah mulai timbul kecintaan dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan teknologi. Sebelum menamatkan kuliah PPG, Mencoba peruntungan nasib dengan mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil di kota Bogor sebagai guru teknik kendaraan ringan dan di Salatiga kota sebagai guru teknik ototronik. Pendidikan profesi berhasil diselesaikan setelah melewati regulasi beberapa ujian di tingkat universitas maupun di tingkat nasional (UTN). 23 Desember 2014 Gelar Profesi Guru (Gr) dikukuhkan secara resmi oleh Prof. Dr. rer. nat. Sadjidan. ditanggal yang sama Walikota Bogor Diani Budiarto juga menandatangani hasil kelulusan CPNS kota Bogor dari pelamar umum. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 secara resmi AGT mengabdi di kota hujan.

Penulis saat ini merupakan guru teknik kendaraan ringan di SMK Negeri 2 Bogor. Selain sebagai guru produktif juga sebagai pembina Kelompok Ilmiah Remaja Teknologi (KIRT).